Selasa, 08 Februari 2011

Honda Beat 09 Ponorogo: Mencari Peak Power Buat Karapan

Baru kali ini Beat berani turun di arena karapan resmi, liar pun oke. Milik dari tim Anugerah Mandiri, Ponorogo yang dimanageri David. Bagi Galuh sang tuner, mengoptimalkan Mio yang lebih dulu hadir di kompetisi karapan, sudah tahu batas limit maksimal nya. Karena itu ia butuh tantangan baru dengan Beat. Di sini ia tertantang, untuk mengoptimalkan setiap part by part skutik Honda itu.

Proyek awal, kapasitas mesin dinaikkan lewat pemakaian piston Tiger over size 300, terakhir terukur 190 cc. Pilihan piston Tiger memang beralasan, pasalnya Galuh menghendaki terjadinya tipikal mesin menjadi over square, atau bore lebih besar dibanding stroke. Komposisinya ; bore 66,5 mm dan stroke 55 mm. Dengan begitu muntahan power mesin lebih merata dari rpm rendah hingga menengah.

Di sini mekanis CVT dengan azas sentrifugal nya itu dapat terdongkrak. Sebab, dengan berganti nya tipikal mesin menjadi square, rpm bawah jadi jadi singkat menjangkau rpm 6500. Itu juga berkat sokongan pemakaian katup 31 mm (in) dan 23 mm (ex), serta pahatan noken as yang dijadikan 285 derajat.

Sedang daleman CVT diseting untuk menjaga agar diameter primary sheave dan secondary sheave lama berada di perbandingan ringan. Untuk melawan out put power mesin yang lebih gahar. Dengan begitu, out put tenaga mesin yang ditansfer ke perbandingan diameter V-Belt, selalu mencapai kondisi peak power terus. Gasingan mesin dan kecepatan selalu beriringan, macam motor yang pakai gigi rasio.

Apa saja sih resep daleman CVT nya ? pegas spiral yang bernaung di secondary sheave digantikan pegas kompetisi versi Jepang. Profil pegas nya lebih besar hingga 6 mm dan lilitan spiral nya kurang setengah lingkaran. Tipikal pegas tahanan tekannya yang lebih berat. Dilanjut kan penggantian kampas sentrifugal, dengan dimensi lebih penuh. Dari kontur setengah lingkaran, cuman tersisa 8 mm ujung depan belakang nya. Disektor ini nilai selip kampas sentrifugal bisa diatasi.

Sedang bagian primary sheave nya, Galuh cuman memotong bibir dalam movable drive face dan fixed drive face. Dengan begitu, himpitan primary sheave lebih dalam dampak nya pijakan V-Belt lebih keluar atau membentuk diameter lebih besar. “Ini loh bedanya, kalau skutik Ponorogo saat top speed mesinnya teriak macam motor yang pakai gigi rasio, ”kata Bima sang joki yang sanggup membekukan catatan waktu 7,8 detik di 201 meter.

Sedang pemakaian roller weight, Galuh memplot bobot roller 10 gram dan dilanjutkan pemakaian V-Belt produk Daytona dengan compound lebih lunak pada V-Belt nya.

Perangkat pengapian Galuh masih berkutat memakai orsi Beat, disokong koil Honda CRF 250 versi ’08. Agar perolehan power di top speed lebih padat, instalasi pengapian menganut AC. Dan diakhiri pemakaian knalpot free flow pendek dengan diameter sarangan 32 mm dan leher 26 mm, 28 mm. > pid

SPESIFIKASI
Piston : Tiger over size 300, Katup : 31 mm (in) 23 mm (ex), Roller : 10 gram, V-Belt : Daytona, Koil : Honda CRF 250’ 08, Kampas sentrifugal : Custom dibuat lebih penuh, sisa 8 mm pada ujung nya, Pegas secondary : Kompetisi, profil 6 mm, Knalpot : By Anugerah Mandiri leher 26 mm, 28 mm, sarangan 32 mm

sumber:ototrend

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More